Penyebutan Rumput Mei Dalam Festival di Wamena Menuai Tanggapan Yang Negatif
JAYAPURA, — Masyarakat dan pemuda Jayawijaya meminta pemerintah provinsi Papua Pegunungan untuk mengembalikan nama Owasi-owasika, yang juga dikenal sebagai Rumput Mei, ke nama asli setempat sebagai bentuk penghormatan terhadap masyarakat Hubula yang tinggal di Hubulama.
Yefta Lengka, seorang pemuda asal Wamena, menjelaskan bahwa di Wamena terdapat jenis rumput yang bunganya selalu mekar pada bulan Mei. Namun, pendatang sering menyebutnya sebagai “Rumput Mei” karena ketidaktahuan mereka.
“Mei bukanlah nama rumput, melainkan nama bulan kelima dalam setahun. Nama asli rumput tersebut adalah Owasiwasika dalam bahasa Hubula, atau Obwari-bwaringga dalam bahasa Lanny,” jelasnya, Jumat (12/4/2024).
Yefta juga menyampaikan bahwa pemerintah provinsi Papua Pegunungan berencana mengadakan pertandingan bola basket dalam rangka Festival Rumput Mei pada Mei 2024. Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah terkait hal ini.
Pertama, nama rumput yang akan dijadikan tema acara harus dikembalikan ke nama aslinya, yaitu Owasiwasika dalam bahasa Hubula, bukan Rumput Mei.
“Kedua, harus ada deklarasi resmi pengembalian nama asli Owasiwasika, dan event tersebut tetap dilakukan pada bulan Mei. Ketiga, Owasiwasika sebaiknya dijadikan komoditas wisata tahunan dan pemerintah perlu mendukung warga yang ingin membudidayakannya,” tambah Yefta.
Sementara itu, Soleman Itlay, seorang pemuda Hubula asal kampung Yogonima, juga menanggapi hal ini.
Menurut Soleman, orang yang mengabaikan identitas asli dengan menggunakan nama dalam bahasa setempat adalah pelanggar hak-hak alam dan budaya.
“Orang seperti itu adalah musuh sejarah, filosofi, dan nilai-nilai kehidupan. Lebih baik dia tidak dilahirkan, karena perilakunya menyerupai penjajah yang tidak menghargai akar budaya dan sejarah,” ujar Soleman, menanggapi perubahan nama Owasiwasika menjadi Rumput Mei dalam Festival Rumput Mei.
Soleman menilai bahwa orang yang mengusulkan konsep event dengan nama Festival Rumput Mei, alih-alih Owasiwasika, hanya mencari perhatian dan keuntungan pribadi, yang menurutnya merupakan tindakan tidak terpuji.
“Bagaimana kita bisa diakui oleh orang lain sebagai bangsa yang berbudaya jika kita sendiri tidak menghormati identitas kita, bahkan dalam hal-hal kecil seperti ini?” tambahnya.
Soleman berharap agar Pemprov Papua Pegunungan, panitia penyelenggara, dan pihak-pihak terkait mempertimbangkan nama acara yang lebih sesuai demi menghormati dan mengangkat identitas masyarakat Hubula yang tinggal di tanah Hubulama.