Melawan Subjektivisme: Kritik terhadap Saudara SW, Pemimpin GempaR-Papua
THE PAPUA TIMES
Klarifikasi Terbuka: Kritik terhadap Saudara SW, Pimpinan GempaR-Papua
Tulisan ini merupakan klarifikasi terbuka terkait tuduhan yang diarahkan kepada saya oleh Saudara SW, pimpinan organisasi Gerakan Mahasiswa, Pemuda, dan Rakyat Papua (GempaR-Papua). Saya memandang tindakan tersebut sebagai bentuk subjektivisme yang bertentangan dengan moral Marxisme.
Kronologis
Pada 3 Mei 2024, saya, Yokbeth Felle, secara resmi mengundurkan diri dari GempaR-Papua dengan tiga alasan utama:
- Saya tidak aktif dalam kegiatan organisasi selama empat bulan terakhir (Januari-April), dan alasan ketidakaktifan ini telah saya sampaikan pada pertemuan internal GempaR-Papua pada 26 Maret 2024 di Jayapura. Pertemuan tersebut membahas persoalan subjektif antara saya dan Saudara SW. Dalam pertemuan itu, organisasi memutuskan untuk memberikan surat teguran, namun setelah satu bulan, surat tersebut tidak kunjung diberikan. Hal ini saya anggap sebagai ketidakmampuan organisasi untuk menegur pimpinan, terutama Saudara SW, serta menunjukkan kelemahan organisasi dalam menyelesaikan masalah internal secara formal.
- Adanya perbedaan pandangan mengenai penyelesaian masalah kekerasan dan seksisme terhadap perempuan di dalam gerakan. Meskipun saya menghormati keputusan organisasi, saya tidak sepakat dengan cara penyelesaian yang diambil, khususnya terkait pentingnya kritik dan oto kritik dalam menghadapi kekerasan yang dialami perempuan.
- Sikap saya adalah akumulasi dari ketidaknyamanan terhadap tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar kepada saya, semata karena kedekatan saya dengan kawan-kawan yang memiliki pandangan berbeda. Tuduhan ini menunjukkan adanya prasangka subjektif yang tidak didukung oleh fakta, dan saya menilai hal ini tidak sehat untuk kerja-kerja organisasi.
Setelah 10 hari mengundurkan diri, tepatnya pada 13 Mei 2024, saya diberitahukan oleh kawan OS bahwa GempaR-Papua telah melakukan “pembacaan” terhadap saya. Informasi ini disampaikan oleh Saudara SW kepada kawan OS dan mencakup empat poin:
- Tuduhan bahwa saya menghilangkan materi Dikpol GempaR-Papua.
- Tuduhan bahwa saya tidak membuat materi tentang perempuan untuk Dikpol.
- Tuduhan bahwa saya bagian dari kelompok luar (AMP), dan SW berusaha mendekati saya untuk mengetahui cara kerja kelompok tersebut.
Tuduhan semacam ini bukan hal baru bagi saya. Saya telah mempertanyakan tuduhan ini secara langsung kepada Saudara SW pada Agustus/September 2023 dan dalam pertemuan organisasi pada 26 Maret 2024 di Numbay, namun selalu dibantah oleh Saudara SW.
Pada 20 Mei 2024, saya menerima surat balasan dari Saudara SW yang menyatakan bahwa sejak pertama kali saya bergabung dengan GempaR-Papua, ada kecurigaan yang tidak pernah diutarakan secara langsung dalam internal organisasi, yang berdampak pada pengorganisasian. Hal ini kembali terjadi pada 2024.
SW terus membantah tuduhan tersebut, namun secara bersamaan menyebarkan pembacaan terhadap saya kepada pihak lain, seperti OS dan MM, yang merupakan pimpinan dari organisasi politik berbeda. Oleh karena itu, saya meminta Tong Pu Ruang Aman (TPRA) sebagai kuasa hukum saya untuk memediasi masalah ini. Saya merasa bahwa tindakan Saudara SW telah mencemarkan nama baik saya dan memperlakukan saya seolah-olah saya seorang penyusup.
Pada 27 April 2024, proses mediasi berlangsung, dan tuduhan terhadap saya akhirnya diakui oleh Saudara SW dalam mediasi tersebut. Meski demikian, SW menolak menuliskan klarifikasi dan hanya menyampaikan permohonan maaf yang bersifat umum, yang saya nilai tidak memadai sebagai bentuk tanggung jawab.
Jurang Subjektivisme dan Moral Marxis
Subjektivisme adalah pandangan bahwa kebenaran hanya bergantung pada pengalaman dan persepsi individu. Saya menganggap Saudara SW telah terjebak dalam jurang subjektivisme, di mana ia menolak kebenaran yang muncul dalam mediasi dan justru berusaha membenarkan tindakannya sebagai hak organisasi. Tindakan ini bertentangan dengan prinsip moralitas Marxis, yang menekankan pentingnya kebenaran objektif dan berlandaskan fakta.
Sebagai seorang Marxis, kritik harus selalu berbasis fakta, sebagaimana dikatakan Lenin, “Kritik tanpa fakta hanya akan melemahkan perjuangan revolusioner dan memperkuat musuh.” Dalam konteks ini, subjektivisme hanya menciptakan perpecahan dalam gerakan dan mengaburkan realitas sebenarnya.
Pandangan subjektif yang mengarah pada tuduhan dan pencemaran nama baik hanya akan merusak organisasi dan menciptakan ketidakadilan. Tindakan seperti ini, menurut moral Marxis, tidak dapat dibenarkan, terutama ketika digunakan untuk menjaga kekuasaan pribadi di dalam organisasi. Padahal, moralitas Marxisme mengajarkan persatuan dalam melawan penindasan, bukan menegaskan perpecahan atas dasar prasangka pribadi.
Penutup
Saya berharap bahwa organisasi dapat lebih kritis terhadap praktik-praktik subjektivisme yang membahayakan persatuan dalam perjuangan. Sebagai penutup, saya menghormati semua kerja sama yang pernah dilakukan dengan kawan-kawan di GempaR-Papua, tetapi saya menolak berkompromi dengan pandangan subjektif yang merugikan saya. Klarifikasi terbuka ini adalah upaya untuk membersihkan nama baik saya dan menentang praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai revolusioner.