Serukan Pilkada Damai, Kenius Kogoya Imbau Hindari Stigma Negatif, Politik Adu Domba, SARA, dan Politik Identitas
THE PAPUA TIMES
Jayapura, Papua — Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 di Papua, masyarakat diimbau untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu dan stigma negatif terhadap calon-calon kepala daerah yang akan berkontestasi.
Imbauan tersebut disampaikan oleh Tokoh Intelektual Papua, Kenius Kogoya, di Jayapura pada Sabtu (7/9/24), yang meminta masyarakat untuk bijak dalam menentukan pilihan.
Sebagai Ketua DPD Partai Hanura Papua, Kenius menekankan pentingnya menggunakan hati nurani serta menjaga harmoni di tengah keragaman Papua.
“Pilkada ini adalah proses demokrasi untuk memilih pemimpin yang akan memimpin kita selama lima tahun ke depan. Jangan salah memilih, karena kita akan dipimpin oleh mereka yang memiliki hati untuk Papua,” tegas Kenius.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh politik adu domba, politik SARA, atau politik identitas yang mungkin dimainkan oleh oknum tertentu, kelompok, atau tim sukses pasangan calon.
“Kita butuh pemimpin yang mempersatukan, pemimpin yang bisa mengayomi seluruh anak bangsa yang ada di Tanah Papua,” tambahnya.
Kenius juga menegaskan bahwa Tanah Papua adalah milik bersama, yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, golongan, dan bahasa.
Sebagai kandidat calon bupati Keerom, Kenius mengajak seluruh pihak untuk menjaga kebersamaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.
“Mereka yang maju adalah putra-putri terbaik bangsa, putra-putri terbaik Papua. Kita perlu berdoa agar Tuhan yang memilih dan menetapkan pemimpin sesuai kehendak-Nya melalui suara hati nurani rakyat,” lanjutnya.
Kenius berharap Pilkada di Papua dapat berjalan dengan damai, demokratis, dan melahirkan pemimpin yang mampu membawa kemajuan bagi masyarakat Papua.
Menurutnya, seorang pemimpin harus memiliki jiwa yang mengayomi semua umat, serta berkarakter nasionalis dan berwawasan kenegarawanan.
Ia juga menekankan bahwa suara hati rakyat adalah suara Tuhan.
“Hati nurani akan menimbang apa yang benar dan salah. Karena itu, suara hati nurani tidak pernah salah. Biarlah itu mengalir sesuai dengan waktu dan cara Tuhan,” pungkasnya.