IndepthSemua Kategori

“Rintihan Hutan Sorong yang Kian Meranggas”

THE PAPUA TIMES

Di bawah langit yang biru, di tanah Sorong yang kaya akan keindahan dan sumber daya alam, hutan-hutan yang pernah menjadi nafas bagi bumi Papua kini seakan mulai merintih.

Suara angin yang berhembus di antara dedaunan pohon semakin sepi, tidak lagi ditemani oleh kicauan burung cenderawasih yang dahulu bebas menari di ranting-ranting hijau.

Sorong, di ujung barat Papua, dahulu dipuja sebagai tanah yang diberkahi. Hutan-hutannya bagaikan permata hijau, menyimpan kekayaan flora dan fauna yang tidak terhingga. Namun, bayang-bayang kemajuan kian menghantui. Di balik derap langkah pembangunan, alam Sorong mulai mengalami kehancuran yang perlahan tapi pasti. Penebangan hutan secara ilegal, pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, serta aktivitas pertambangan, perlahan menggerus paru-paru hijau Papua.

Sebagaimana pepatah bijak bumi, alam selalu memberikan tanda-tandanya. Sungai-sungai yang dahulu jernih kini mulai keruh, membawa cerita sedih tentang degradasi tanah dan ekosistem yang terancam. Ikan-ikan yang biasa bermigrasi di air segar kini mulai menghilang, seakan terseret arus ketidakpedulian manusia.

Warga lokal, yang hidup bergantung pada hutan dan alam, kini semakin khawatir. “Kami hidup dari hutan, dari sungai, dari tanah ini. Tapi sekarang, semuanya berubah,” ucap seorang tetua suku setempat dengan lirih. Di wajahnya, tergurat keprihatinan mendalam tentang masa depan generasi mendatang yang mungkin tidak lagi mengenal keindahan alam yang dulu pernah membesarkan mereka.

Namun, di balik awan kelabu ini, masih ada secercah harapan. Beberapa kelompok masyarakat bersama aktivis lingkungan mulai bangkit, berjuang mempertahankan apa yang tersisa dari alam Sorong. Mereka mendesak agar pemerintah dan para pelaku industri lebih bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan. Perjuangan ini, meski berat, membawa harapan bahwa suatu saat hutan Sorong bisa kembali berbicara dalam bahasa alam yang sejuk, menyanyikan harmoni kehidupan yang tak tergantikan.

Sorong, dengan keindahan alamnya yang tak tertandingi, adalah sebuah puisi kehidupan yang harus terus dirawat. Di antara deru suara mesin-mesin dan desakan modernisasi, semoga masih ada tempat bagi dedaunan hijau untuk tumbuh, sungai-sungai jernih untuk mengalir, dan burung-burung untuk berkicau kembali. Sebab, Sorong adalah ibu bagi alam Papua, yang merindukan pelukan hangat dari tangan-tangan yang peduli.

Dan pada akhirnya, seperti sebuah sajak yang tertulis di pepohonan tua, alam Sorong hanya ingin didengar dan dicintai.

Berita Lainnya

Back to top button