1 . PAPUA : Rayakan Hut Mambesak Dengan Musik Akuistik, Pameran Mini dan Nonton Film
SORONG — Hari Mambesak menjadi tonggak penting dalam sejarah seni dan budaya rakyat Papua. Mambesak, kelompok musik berbasis rakyat Papua Barat yang dibentuk pada tahun 1978 di Universitas Cenderawasih, Jayapura, berperan besar dalam menyuarakan aspirasi politik Papua. Pada tahun 1984, tokoh utama kelompok ini, Arnold Ap, dibunuh oleh militer Indonesia, memperkuat simbolisme perlawanan Mambesak terhadap penindasan.
Kelompok musik ini awalnya bernama Manyouri, sebelum berganti menjadi Mambesak 46 tahun silam. Mambesak menjadi lambang perjuangan rakyat Papua dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi yang kian deras.
Dalam rangka memperingati HUT Mambesak ke-46 pada tahun 2024, berbagai komunitas seni dan budaya di Provinsi Papua Barat Daya menggelar serangkaian acara seperti pertunjukan musik akustik, pameran mini, hingga nonton bareng di Sekretariat Yayasan Bengkel Pembelajaran Antar Rakyat Papua (Belantara).
Yuzak Sundoy, seorang pemerhati seni dan budaya Papua, menjelaskan bahwa peringatan HUT Mambesak bukan hanya untuk mengenang para pendirinya, tetapi juga sebagai upaya menjaga tradisi lokal Papua yang hampir punah.
“Alasan kami merayakan HUT Mambesak adalah untuk mengenang Mambesak sekaligus merawat tradisi Papua yang hampir hilang,” ujar Sundoy pada Selasa (6/8/2024).
Ia menekankan bahwa perayaan ini memiliki pesan moral bagi generasi muda agar tidak melupakan budaya mereka. “Pesan moralnya adalah agar generasi muda tetap mengingat budayanya dan terus bernyanyi untuk kehidupan hari ini, esok, dan seterusnya,” jelasnya.
Wilem Saud, Ketua Komunitas Karef Hamit, juga turut berpartisipasi dalam pameran mini yang diadakan sebagai bagian dari acara tersebut. Ia mengatakan, keterlibatan komunitasnya bertujuan untuk menghidupkan kembali kearifan lokal suku Aifat yang hampir terlupakan.
“Momentum ini memberi kami kesempatan untuk memamerkan karya seni ukir dari Aifat. Sayangnya, banyak generasi muda Aifat yang sudah tidak tahu makna ukiran ini,” ujar Wilem.
Ia berharap acara serupa tidak hanya diadakan pada momen tertentu, tetapi menjadi kegiatan rutin. “Ini adalah kegiatan positif, dan kami para orang tua sangat mendukung. Kami berharap akan ada lebih banyak event yang melibatkan seluruh komunitas seni dan budaya, terutama generasi muda,” tutupnya.
Peringatan HUT Mambesak ke-46 tahun ini merupakan kolaborasi dari berbagai komunitas dan lembaga, termasuk Bengkel Budaya Papua, Papuan Voices, Budaya Teges Papua, Matbat Inisiatif, Atap Papua, Bengkel Pembelajaran Antar Rakyat Papua (Belantara), Kafe Belantara, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXIII Papua Barat.
Selain pertunjukan musik akustik dan nonton bareng, acara ini juga memamerkan karya seni seperti patung Karwar, ukiran Asmat, foto-foto grup Mambesak, ukiran panah, dan batik khas Papua